Faktaexpose.com JAKARTA,- Pada tahun 2007, ketika Francisca Sestri saat ini Rektor Universitas Insan Pembangunan Indonesia (UNIPI), meluncurkan buku biografi Kanti Redjeki (1923-1976) yang ditulis sendiri, menceritakan kegigihan seorang Tenaga Medis perempuan, fasih berbahasa Belanda, dan melayani kesehatan masyarakat di desa.
Menurut salah satu pembedah buku itu Nina Akbar Tanjung seorang tokoh pemerhati budaya, mengatakan bahwa Kanti Redjeki sosok Kartini zaman modern yang mampu mendobrak pengekangan budaya yang diterapkan orang tuanya di pusat Kabupaten Sragen, hingga Kanti lari dan nekad menyelesaikan pendidikan Bidan di zaman Belanda di Surakarta, tanpa meninggalkan dendam, seperti yang ditulis pada “Jejak Gula” (Krisnina A.Tanjung, 2010).
Berdasarkan latar belakang itu, Francisca Sestri sependapat dengan pandangan Nina Akbar Tanjung, dalam menilai perilaku Kanti atau akrab disapa Ibu Widji adalah ibunya, yang sangat dikagumi adalah implementator dari pemikiran seorang Kartini, dituangkan dalam buku “Kanti Redjeki” (F.Sestri, 2007)
Pandangan Francisca Sestri, bahwa perempuan era digital, harus bisa memahami dan menerapakan konsep 3B yaitu, Belajar, Berkolaborasi dan Beradaptasi. Dengan demikian kesetaraan berfikir dan bertindak antara laki-laki dan perempuan akan terwujud tanpa meninggalkan kodrati perempuan sebagai ibu, dari putra putrinya, dan isteri dari suaminya. Maka pemikiran RA. Kartini sangat relevan dengan situasi era digital saat sekarang, Ungkap Prof. Francisca Sestri yang aktif sebagai Sekjen Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (LPER), Penasihat Perempuan Indonesia Maju (PIM) ini kepada Fakta.Ekspos melalui pesan tertulis nya (fs/ds)