Faktaexpose.com, JAKARTA – Puluhan nelayan Muara Angke tergabung HNSI (Himpunan nelayan seluruh Indonesia) dan Gentak (Gerakan nelayan tradisional Kaliadem ) melakukan unjuk rasa di Pengedokan Kapal, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (14/4/2025).
Aksi unjuk rasa tersebut memprotes pemberlakuan Vessel Monitoring System (VMS) atau mesin pendeteksi keberadaan kapal.
“Kami menolak pemberlakuan VMS,” ucap Pengurus Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tri Sutisno saat melakukan orasi di lokasi.
Menurut Tri, aksi unjuk rasa ini dilakukan karena para nelayan sudah dalam kondisi terjepit.
Pasalnya, pemerintah sendiri kini mewajibkan semua kapal memiliki VMS.
Sedangkan harga VMS sendiri mahal, kurang lebih sekitar Rp 16 juta.

Selain itu, para nelayan juga menolak tentang pemberlakuan zona mencari ikan yang kini diterapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Orasi unjuk rasa yang dimulai sekitar pukul 10.30 WIB dengan berjalan long march 1 km melewati pemukiman Pelabuhan Muara Angke.
Unjuk rasa itu berawal dari sekertariat HNSI yang berada di dalam Pelabuhan Muara Angke.
Mereka berharap, agar pemeritah pusat bisa mendengar keluh kesah para nelayan dan mengkaji ulang peraturan penerapan VMS tersebut.
Hal senada Nunung dari pengurus HNSI DKI Jakarta, mengeluhkan keberatan diadakannya pemasangan VMS pada kapal dibawah 30 GT.
” Ini sangat memberatkan bagi para nelayan untuk pemberlakuan pemasangan VMS, sedangkan pemasangan itu harus bayar Rp 16 juta,” ujar Nunung.
Masih kata dia, Sejak diberlakukan itu, saat ini di.Muara Angke ada 300 kapal yang tidak beroprasi, karena tidak memiliki alat VMS. Ini sangat menyulitkan nelayan.
(Yons)