Foto : Saat pelaksanaan vaksin terhadap hewan ternak sapi perah di kecamatan Pujon, beberap waktu yang lalu.
Faktaexpose.com PUJON, MALANGKAB – Wakil Ketua DPRD Kabupaten Malang, Sodikul Amin, PASCA WABAH PMK, PERLU VAKSIN LANJUTAN DAN LANGKAH KEBIJAKAN EKSTREMmenilai penanganan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) sangat lambat. Perlu ada langkah kebijakan ekstrem atau fundamental. Sebab, menurutnya, tata kelola dunia peternakan di kabupaten malang masih belum baik. Mulai dari pengawasan oleh pemerintah hingga distribusi daging sapi oleh para peternak dan penjual di tingkat masyarakat, katanya.
“Ini problem kita. Dunia peternakan kita masih kacau. Untuk itu, jika terjadi problem terus-menerus, saya katakan harus ada kebijakan yang ekstrim. Fundamental, ungkap Amin.
Di wilayah kecamatan pujon populasi sapi, baik sapi perah dan sapi pedaging, berjumlah 27.000 ribu. Dan yang sudah divaksin sebanyak 18.000 ekor, jadi masih sekitar 9.000 yang perlu segera dilakukan vaksin.
Khusus untuk desa Pujon Kidul, dari jumlah populasi sapi sebanyak 2.479 ekor, sapi yang sakit ada 1.220 ekor, sapi sehat berjumlah 1.060 ekor, yang dijual ada 23 ekor, sedangkan mulai bulan Juni hingga tanggal 4 Juli 2022 berjumlah 157 ekor. Dari data terupdate (4/7’22) jumlah populasi terbaru ada sebanyak 2.310 ekor, jelasnya.
Sementara itu lembaga seperti Koperasi SAE Pujon, wabah PMK yang menyerang sapi perah sangat berpengaruh dalam produksi susu, sehingga mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini mengakibatkan adanya rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi karyawan.
Sementara itu untuk menyikapi dengan kestabilan harga susu (A & B), Koperasi SAE membeli dengan harga Rp. 6.500,- keatas / liter ke petani.
Adapun potensi kalkulasi kerugian pasca PMK, kelembagaan Koperasi SAE mengalami kerugian sebesar antara 3 – 4 milyar. Hal ini untuk pembelian Vitamin, Pengobatan, Biaya Produksi, dan lain-lain.
Sehingga dalam waktu dekat akan dilakukan PHK, terutama bagi yang usianya sudah mendekati pensiun dan karyawan sudah tidak produktif, ungkap Sodikul Amin kepada faktaexpose.com di kediamannya.
Saat ini yang mengalami keparahan serangan wabah PMK adalah di Pujon Lor.
Sampai masyarakat berkeinginan untuk menjual sapi yang sakit dengan harga berkisaran Rp. 1.250.000,- s/d Rp. 2.000.000,- per ekor, jelasnya pula.
Selain dari sisi pemerintah, pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang penyakit hewan ternak tersebut masih belum memadai. Pengetahuan tentang daging sapi yang seperti apa yang aman dapat dikonsumsi, termasuk kepala dan kaki sapi yang dianjurkan untuk tidak dikonsumsi, tidak dijamin akan dilakukan anjuran tersebut. “Lha wong sapi sehat dimasukkan air, biar berat timbangannya. Apalagi yang seperti ini, bisa saja pura-pura dibuang tapi lalu dibawa ke pasar,” sentilan canda Amin.
Dari kejadian wabah PMK ini, masih banyak pedagang daging sapi lokal disinyalir bekerjasama dengan mantri hewan memanfaatkan situasi yang tidak menguntungkan bagi petani, sehingga harga jatuh antara Rp. 1.250.000,- s/d Rp. 1.500.000,-, tambahnya.
Karena itu, ia meminta agar pemerintah agar kekhawatiran akan wabah PMK ini segera diatasi agar tidak terus melanda. Terlebih jelang momentum Hari Raya Idul Adha. “Jangan sampai Idul Adha, kita ada lagi kecemasan. Makanya harus hati-hati, apalagi kebiasaan kita menggeser ke arah isu SARA,” tandas politisi Partai Nasdem ini.
Sodikul Amin juga akan mempertanyakan pernyataan Airlangga Hartarto Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, tentang penggantian hewan ternak sapi sebesar Rp. 10 juta per ekor. Karena saya ditabrak sana-sini oleh masyarakat, hal ini wajar sebab saya sebagai wakil rakyat, tutupnya. (John)