Faktaexpose.com, JAKARTA – Pembangunan peninggian jalan menuju Kaliadem RW 22 Kelurahan Pluit, Penjaringan Jakarta Utara menjadi keluhan warga RW 22 Muara Angke, Pluit Penjaringan Jakarta Utara, bahkan dianggap menjadi permasalahan baru saat air laut pasang, hal ini disampaikan ketua RW 22 Bani Sadar saat dikonfirmasi media, Kamis(16/10/2025).
Pembangunan jalan kurang lebih 300 meter dengan ketinggian variasi mulai dari 30 cm hingga 60 cm, warga RW 22 mengeluhkan saluran air (drainase) bukan warga saja, namun dari pemilik gudang kastorid, adanya jalan lebih tinggi dari jalan sebelumnya menuju ke pergudangan. Dan drainase banyak yang terkubur oleh urugan.

” Sebelumnya saya sudah sampaikan sebelum adanya pembangunan jalan menuju Pelabuhan Kaliadem diwilayah kami, untuk dipikirkan penyodetan di beberapa titik, namun pihak Bina Marga saat membangun jalan hanya satu penyodetan, saya usulkan saat itu minimal 4 penyodetan,” kata Bani Sadar.
Lebih lanjut, Sebelumnya ada kesepakatan dilakukan usulan penyodetan, tetapi tidak ditepati terkait jalan menuju kastorid, sehingga jalan akses perekomomian warga ekonomi menengah 14 hari tidak berkatifitas.
Masih kata Bani, Karena jalannya antara jalan yang baru dan yang lama tingginya tidak seimbang. Dan jalan di pergudangan disitu ada drainase. Seharusnya sudah menjadi kesatuan pembangunan yang dikerjakan Bina Marga,” ujar Bani.
Sambung, Karena drainase itu yang utama. Dan wilayah warga RW 22 mengadalkan drainase itu. Ketika drainase itu ditutup dengan makadam oleh urughan yang dilakukan oleh SDA, Maka warga kami ketika ada pasang air laut. Maka sulit airnya untuk mengalir menuju folder. Banjir biasanya hanya dua jam di perkampungan. nyatanya sampai 4 jam. Air tetap tergenang digang gang pemukiman warga kami seperti kolam,” ungkapnya.
” Usulan sebenarmya awalnya pembanngunan saya usulkan. Penyodetan lebih banyak namuan hanya di sodet satu titik. Seharusnya penyodetan ada 4 titik. Akhirnya Warga kami ngotot juga untuk penyodetan dan memakai paralon yang hanya 6 diameter itupun lambatnya air karena diameternya kecil,” keluhnya.
Ada kunjungan darii SDA dan menyampaikan, usulan rencana akan dikerjakan kembali menunggu 3 hari kedepan , semoga itu apa yang disampaikan pihak pemerintah bisa disegerakan,” ujar Bani
Sementara Rusdi (47) pelaku usaha ikan, semenjak peninggian jalan, tapi diarea akses menuju ke pabrik tersebut belum dikerjakan hingga menjadi keluhan dirinya dan pelaku pelaku usaha lainnya.
“Akses menuju jalan ke pabrik tidak bisa dilalui sehingga kami saat bongkkar muat ikan sangat terganggu dan kendaraan tidak bisa,” kata Rusdi .
Disaat banjir rob air menggenangi cukup lama dan aktifitas pekerja sangat kesulitan, hingga ia harus melansir muatan menuju kastorid dengan biaya puluhan juta rupiah.
” Kerugian dicapai 3 persen perharinya, biasa dua juta sampai 4 juta, namun pada saat ini hingga merugi mencapai 10 juta, dengan satu bulan sudah puluhan juta,” ungkap Rusdi.
(red)
















