Faktaexpose.com BHUMI AREMA – Bhinneka Tunggal Ika dalam keberagaman sosial di Indonesia adalah sebagai pemersatu, perekat berbagai budaya dari suku bangsa di Indonesia.
Keragaman sosial budaya menjadi kebudayaan nasional dengan landasan dan arah tujuannya yang dituangkan dalam penjelasan pasal 32 UUD 45 yang berbunyi :
“Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncakpuncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia”.

Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa yang memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Di Indonesia ini terdapat 656 suku bangsa dengan bahasa lokal 300 macam.
Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan milik Bangsa Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan sehingga mampu memberikan warna ketentraman dan kedamaian bagi rakyat Indonesia agar ke depan tidak banyak menimbulkan persoalan yang mengancam disintegrasi bangsa.
Untuk itu, wujud melestarikan dan menjaga keanekaragaman tersebut, tokoh-tokoh lintas agama, kepercayaan, budaya, organisasi kemasyarakatan, dan masyarakat se-Malang Raya bergerak bersatu menyelenggarakan kegiatan do’a bersama lintas agama, yang disertai acara dengan mengambil tema “Ngaji Budaya 1000 Sajen dan Dupa”, bertempat di kawasan Alun -Alun Tugu Kota Malang, Sabtu Malam (22/1’22).
Tampak antusias para tokoh dan masyarakat yang hadir di acara tersebut. Hadirin disambut dengan tembang macopat yang dipersembahkan oleh Sanggar Sangguran. Sebelum acara inti dimulai, undangan yang hadir secara khidmat melakukan Wening Noto Ati, selanjutnya digelar tari sesaji dari “Sanggar Tari Kedung Monggo Pakis”. Kemudian para penari yang dikuti oleh tamu undangan yang hadir melakukan peletakan sesaji, yang selanjutnya diujubkan.
Tokoh Pemerhati Budaya Dr. Jose Rizal Joesoef, SE., MSi., CLi. notabene anggota Komisi II DPRD Kota Malang, juga ikut hadir karena masyarakat malang serentak bersatu dalam acara tersebut. “Hal ini adalah reaksi masyarakat terhadap tindakan pembuangan dan penendangan sesaji di kawasan Semeru beberapa waktu lalu yang sempat viral”, kata Jose.
Demikian juga menjadikan faktor jera pelaku, juga jangan sampai ditiru oleh siapapun yang melakukan penghinaan terhadap adat istiadat yang merupakan nilai-nilai budaya warisan leluhur yang adiluhung, karena kita mempunyai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, tegasnya.
Jose Rizal juga menyampaikan rasa penyesalan, karena jajaran eksekutif Pemerintah Kota Malang tidak ada satupun yang hadir, padahal kegiatan bertempat seputaran dimana pusat kantor pemerintahan berada, sungguh tidak pantas dan kurang menghormati masyarakatnya yang mempunyai semangat untuk Menjaga dan Melestarikan Budaya Bangsa, pungkasnya.
Hal yang sama di sampaikan oleh Pemerhati Budaya Dr. Suroso,S.Pd., M.Si., juga Pangarsa Padepokan Seni Topeng Asmorobangun Pakisaji Kabupaten Malang, sekali juga Ketua DKM Kabupaten Malang mengajak, “agar seluruh masyarakat malang raya untuk Memayu Hayuning Diri Memayu Hayuning Bawana, adapun momentum 1000 Sajen 1000 Dupa, dengan diadakannya Ngaji Embongan serta Ngaji Cangkrukan, akan bisa membangun dan menyatukan Kerukunan serta Keharmonisan demi kejayaan malang sampai Nusantara”, ajaknya.
Begitu juga dr. Dian Agung Anggraeny yang biasa dikenal dokter sayur, saya hadir sebagai pemerhati budaya dan sekaligus mewakili Forum Pamong Kebudayaan (FPK) Jawa Timur, sangat mengapresiasi kegiatan budaya dengan 1000 Sajen dan 1000 Dupa. Dian mengatakan, masyarakat yang hadir adalah orang luar biasa, karena hadir dengan rasa cinta dan bangga kepada bangsa Indonesia, kata Dian.
Dokter cantik ini juga berpesan “Siapapun boleh tidak percaya, tapi juga jangan melakukan hal-hal yang menciderai hati masyarakat Indonesia, karena kita adalah Pancasila, kita adalah Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI harga mati. Jangan menghina dan tidak menghormati atas budaya warisan leluhur,” tegasnya pula.
Tidak ketinggalan sesepuh budayawan Malang Prof.Drs. KKPHK. Djathi Kusumo, B.Sc. selaku Pangarsa PAMBIMAYA (Perkumpulan Pambiwara Malang Raya) Kasunanan Surakarta, yang biasa dipanggil Rama Djathi menjelaskan, “Bahwa 1.000 Sajen 1000 Dupa ini adalah salah satu wujud apabila masyarakat kita besar kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka salah satunya yaitu sajen ada tumpeng yang dikelilingi berbagai jenis sayuran. Maksudnya rasa permohonan yang Maha Murah kepada kita semua dan anak cucu turun temurun tanpa berhenti”, jelasnya.
Sebelum kegiatan dimulai, Ormas Pemuda Pancasila Kota Malang telah mensterilkan lokasi dengan melakukan penyemprotan disinfektan.
Kegiatan tersebut terlaksana dengan tetap menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes). Penyelenggara juga telah mempersiapkan masker dan hand sanitizer. (John)